Konfrensi Asia - Afrika

SEJARAH KONFERENSI ASIA - AFRIKA
Sebelum perang dunia II, Negara - negara dunia ketiga yang berada di kawasan benua Asia dan Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya perang dunia II pada Agustus 1945, negara-negara dunia ketiga menjadi bangkit dan semakin meningkatkan perjuangan mereka untuk memperoleh kemerdekaan. Hal tersebutlah yang menyebabkan timbulnya konflik dan pergolakan di berbagai tempat seperti konflik di Semenanjung Korea, Vietnam, Palestina, Yaman, Daratan China, Afrika, dan Indonesia. Kondisi tersebutlah yang mendorong negara-negara yang baru merdeka untuk menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia dan memelihara perdamaian. Konferensi Asia Afrika merupakan gagasan oleh lima Negara yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka.

LATAR BELAKANG DAN DASAR PERTIMBANGAN DIADAKAN KAA :
  • Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia Afrika.
  • Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
  • Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional / terpelajar dan intelektual.
  • Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
  • Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
  • Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.


TUJUAN KONFERENSI ASIA AFRIKA :
   Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
        Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme.
    Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
       Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
    Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.

Persiapan Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika

1) Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.

a) Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah b) Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala c) Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu d) Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo e) Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru .

Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.

2) Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut :

  • Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
  • Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
  • Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
  • Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.

Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18–24 April 1955. Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
Negara pengundang meliputi : Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.

Susunan pengurus Konferensi Asia Afrika :
          Ketua Komite                          : Mr. Ali Sastroamijoyo
          Ketua Komite Ekonomi                       : Prof. Ir Rooseno
          Ketua Komite Kebudayaan      : Mr. Moh. Yamin
          Sekretaris Jenderal       `           : Roeslan Abdul Ghani

MASALAH YANG DIBAHAS :
ü  Usaha untuk meningkatkan kerjasama bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hak asasi manusia.
ü  Hak menentukan nasib sendiri.
ü  Rasialisme (perbedaan warna kulit).
ü  Kerjasama internasional.
ü  Masalah pelucutan senjata.
ü  Masalah rakyat yang masih terjajah di Afrika Utara.
ü  Masalah Irian Barat.

HASIL KONFERENSI ASIA-AFRIKA :
            Hasil Konferensi Asia Afrika yang paling penting adalah telah terjadinya suatu kerjasama di antara negara-negara Asia Afrika. Selain itu, pertemuan KAA telah berhasil pula merumuskan sepuluh asas yang tercantum dalam Dasasila Bandung.  Dalam Dasasila Bandung, tercermin penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.

DASASILA BANDUNG :
  1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
  3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
  4. Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
  5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
  6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
  7. Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
  8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
  9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
  10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

PELOPOR KONFERENSI ASIA-AFRIKA

Ali Sastroamidjojo - Indonesia

Muhammad Ali Bogra - Pakistan


Jawaharlal Nehru - India


Sir John Kotelawala – Sri Langka

U NU - Myanmar


NEGARA-NEGARA ANGGOTA KAA
Afganistan, Arab Saudi, Burma, Ceylon, Republik Rakyat Cina, Ethiopia, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Mesir, Nepal, Pakistan, Filipina, Siprus, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Republik Demokratik Vietnam, Negara Vietnam (Republik Vietnam), Kerajaan Mutawakkilīyah Yaman ,Yordania

BENTUK KERJA SAMA
KERJA SAMA EKONOMI :

  • Kerja sama Ekonomi atas dasar saling menguntungkan.
  • Saling memberikan bantuan teknik berupa tenaga ahli.
  • Segera dibentuk badan khusus PBB untuk membangun Ekonomi

Usaha perdamaian dan kerja sama di dunia :
1.      Mendesak PBB untuk menerima negara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni Kamboja, Srilangka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal dan Vietnam.
2.      Mengusulkan supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan dan penggunaan senjata nuklir.
3.      Mengusulkan diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar menghormati hak-hak manusia.

PERAN SERTA INDONESIA DALAM KAA
            Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat internasional.
            Dalam pelaksanaan KAA Indonesia berperan penting, karena selain menjadi tempat berlangsungnya Konferensi tersebut Indonesia juga salah satu negara yang ingin bangsanya hidup setara, maju di berbagai bidang  dan tidak ingin tertindas oleh Negara barat, yang paling penting adalah mengutamakan kerjasama.

MAKNA DAN ARTI PENTING KAA

  1. Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia – Afrika untuk lepas dari cengkeraman imperialisme dan kolonialisme Barat.
  2. Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
  3. Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia Afrika dalam menggalang persatuan.
  4. Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
  5. Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
  6. Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia dan Afrika akan potensi yang dimiliki.
  7. Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.
  8. Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negara-negara maju.

DAMPAK DAN PENGARUH KAA
  1. Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
  2. Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
  3. Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
  4. Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
  5. Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
  6. Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
  7. Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
  8. Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
  9. Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
  10. Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan I
  11. Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
    Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.

GERAKAN NON BLOK (GNB)
            Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Gerakan Non-Blok (GNB) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun.

PERTEMUAN GNB
       Pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali.
       Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh 25 anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama dengan Yugoslavia, Kuba dan Siprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme.
       Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah satu yang paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen untuk menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang penting dalam even-even tersebut.
       Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003.

PENDIRI GERAKAN NON BLOK
       Josip Broz Tito presiden Yugoslavia.
       Soekarno presiden Indonesia.
       Gamal Abdul Nasser presiden Mesir.
       Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India.
       Kwame Nkrumah dari Ghana.

LIMA PILAR GNB PANCHSHEEL (LIMA PENGENDALI / PRINSIP)
       Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
       Perjanjian non-agresi
       Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
       Kesetaraan dan keuntungan bersama
       Menjaga perdamaian

TUJUAN GNB
            Seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.

KONFERENSI TINGKAT TINGGI GERAKAN NON BLOK :
       KTT I   – Belgrade, 1 September 1961 – 6 September 1961
       KTT II – Kairo, 5 Oktober 1964 – 10 Oktober 1964
       KTT III            – Lusaka, 8 September 1970 – 10 September 1970
       KTT IV            –Aljir, 5 September 1973 – 9 September 1973
       KTT V – Kolombo, 16 Agustus 1976 – 19 Agustus 1976
       KTT VI            – Havana, 3 September 1979 – 9 September 1979
       KTT VII           – New Delhi, 7 Maret 1983 – 12 Maret 1983
       KTT VIII         – Harare, 1 September 1986 – 6 September 1986
       KTT IX            – Belgrade, 4 September 1989 – 7 September 1989
       KTT X – Jakarta, 1 September 1992 – 7 September 1992
       KTT XI            – Cartagena de Indias, 18 Oktober 1995 – 20 Oktober 1995
       KTT XII           – Durban, 2 September 1998 – 3 September 1998
       KTT XIII         – Kuala Lumpur 20 Februari 2003 – 25 Februari 2003
       KTT XIV         – Havana, 11 September 2006 – 16 September 2006

NEGARA ANGGOTA, PEMANTAU DAN ORGANISASI PEMANTAU GNB :
       Negara anggota GNB berjumlah 119 negara
       Negara pemantau berjumlah 14 negara(Armenia · Azerbaijan · Brasil · Republik Rakyat Cina · El Salvador · Kazakhstan · Kosta Rika · Kroasia · Kirgizstan · Meksiko · Montenegro · Serbia · Ukraina · Uruguay)
       Organisasi pemantau : Uni Afrika · Liga Arab · Perserikatan Bangsa - Bangsa

PERAN INDONESIA DALAM GNB
       Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB.
       Indonesia menjadi pemimpin GNB tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta.
       Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.


Note : Buat kalian yang mau ambil materi ini untuk tugas kalian silahkan tapi tolong jangan hanya di copy cat saja, tapi pelajari materinya agar kalian memahami apa yang akan kalian kerjakan.
Semoga bermanfaat..

Help 
Comments & Share, Terimakasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

List and Link Program with I.O.I Eng Sub/Indo Sub

Cara Mendaftar Menjadi Member Innisfree Dan Mendapatkan Member Card

Demokrasi Pada Masa Orde Lama